Translate

Rabu, 26 Juni 2013

Akhir Hidup Yang Bahagia (cerpen)

Karena aku menulis nggak di bayar, jadi tolong hargai dengan cara mengelike dan mencommentnya


follow: @Zahrah_Anrose


c
h
e
k
o
d
o
t
h

“Menghindari masalah yang harus kamu hadapi itu seperti menghindari kehidupan yang harus kamu jalani.”

Malam ini kamu pergi keluar. Menuntaskan tangis yang selama ini sekuat tenaga kamu tahan. Perlahan air mata keluar menghiasi malam yang sunyi. Teringat kejadian tadi membuat hatimu semakin sakit. Papa, mama, keluargamu benar-benar sudah berantakan. Papa dan mama akhirnya bercerai. Kamu yang seharusnya masih ingin merasakan kelembutan seorang ayah, kini tidak akan bisa lagi. Papa meninggalkan keluargamu tadi sore. Ntah pergi kemana kamu juga tidak tahu.

Kamu ingin meninggalkan semua kepahitan. Hidupmu tak akan bisa bahagia seperti dulu lagi. Kamu tak ingin sebelum pada akhirnya kesakitan terasa lebih dari ini. Tuhan, tolong cabut nyawaku. Agar aku bisa merasakan indahnya surga akhirat dibandingkan kepahitan neraka dunia. Aku juga ingin bahagia layaknya mereka yang bisa bercanda bersama keluarga mereka. Kerinduan yang terasa hangat. batinmu

Kini tangismu telah usai. Kamu lihat jam ditangan menunjukkan pukul sebelas malam. Kamu pun bergegas pulang. Semoga saja ketika kamu pulang, semua ini hanya mimpi belaka. Papa masih ada di rumah bersama mama.
***

“Tersenyumlah. .
Bukan karena hidup memberikanmu alasan untuk tersenyum. Namun karena senyummu adalah alasan orang lain tersenyum.”

Esok harinya kamu berangkat sekolah. Kamu lihat di meja makan tak ada siapa-siapa. Cuma ada beberapa makanan. Ternyata semua ini nyata. Papa sudah pergi. Dengan lesu, kamu berjalan keluar mencari mama. Kamu lihat mama sedang menyiram bunga. Kamu pun pergi ke sekolah tanpa sarapan. Ketika sampai di sekolah, kamu langsung berjalan ke kelas.

“Kemana aja kamu, (nama kamu)? Udah dua hari nggak masuk sekolah,” tanya temanmu, namanya Eja. Lebih tepatnya Muhammad Reza Anugrah
“Nggak kemana-mana. Ada sesuatu aja,” kamu menjawab.
“Kayak Syahrini yah. .sesuatu,”

Kamu tersenyum saat mendengarkan ocehan temanmu.

“Ke kantin yuk, laper ni!” ajakmu pada Eja
“Waduh.. pagi-pagi udah laper. Cepet amat,” ledek Eja

Tanpa menjawab ledekan Eja, kamu langsung menarik tangan Eja. Maklum, kamu kan tadi tidak sarapan. Sampai di kantin kamu memesan nasi soto. Asyik menunggu, tiba-tiba ada seorang cowok lewat yang tanpa sengaja menumpahkan minumannya ke bajumu.

“Maaf..maaf.. aku nggak sengaja. Maaf yah. Sini aku bantu bersihin,” dia berkata dengan nada menyesal.
“Nggak usah aku bisa sendiri,” kamu sewot.

Dia langsung pergi. Kurang ajar banget tuh cowok maen nyelonong aja. Coba aja nasi aku sudah ada. Tahan aku nggak makan pengen ngelempar ke muka dia. Huuuh. .Tapi kira-kira cowok itu siapa yah. Kayak baru ngeliat aja. Ah..udahlah! Ngapain dipikirin, penting aja nggak. dumelmu dalam hati

***
“Ketahuilah, cinta tak akan pernah sekalipun mengetahui tingkat kedalamannya, bila ia belum diterkam oleh perpisahan.”
Sekian lama setelah mencoba mengembalikan jati dirimu kembali, kamu perlahan mulai bisa. Cowok yang dulu pernah kamu lihat, yang pernah nyiramin kamu dengan minumannya kini menjadi teman baikmu. Namanya Bisma. Dialah orang yang selama ini membuat kamu bangkit dari kesedihan. Membuat kamu membuang jauh-jauh pikiran tentang ketidakadilan Tuhan. Tuhan telah menggantikan papa dengan seseorang yang membuat kamu mengerti tentang makna kasih sayang keluarga dan arti kehidupan yang sedang kamu jalani ini.

Berbulan-bulan kalian berdua berteman. Dan ternyata dia menyukaimu. Bisma memintamu untuk menjadi pacarnya. Kamu pun bersedia. Kamu rasa inilah saatnya mengubah status jomblo yang sudah satu tahun ini melanda hidupmu. Dibalik itu, kamu juga mencintai Bisma. Kamu menyayanginya. Hubungan kalian berdua pun berjalan dengan lancar. Tapi ternyata di hari kamu sebulan berpacaran dengan Bisma, suatu masalah terjadi. Ntah kenapa ada seorang cewek yang dekat dengan Bisma. Kamu mulai curiga.

“Cewek yang sms kamu itu siapa? Rutin banget ya sms,” tanyamu curiga.
“Nggak. Cuma temen aja!” jawab Bisma yang masih asyik dengan handphonenya
“Temen tapi demen?” tanyamu mencoba memancing Bisma
“Apaan sih.. aku tuh udah ada kamu. Ngapain coba aku demen sama cewek lain,” elak Bisma
“Beneran ya?” tanyamu yang masih tak percaya
“Iya. Bener.” Bisma mencoba meyakinkanmu

Kamu sedikit lega. Rasa curigamu mulai berkurang. Tapi ternyata malamnya Bisma memintamu putus dengan alasan yang nggak jelas. Kamu sedih banget. Esoknya terdengar kabar dia pacaran sama Tia. Cewek yang selama ini sering sms-an sama Bisma. Kamu kecewa banget. Dia udah bilang sama kamu bahwa dia nggak suka sama Tia. Tapi nyatanya apa. Dia berbohong lagi.

"Aku sakit Bisma. Awalnya aku percaya banget sama kamu. Tapi kamu membunuh kepercayaanku itu. Aku benar-benar menyesal" kamu membuangi barang-barang yang ada di sebelahmu

Seminggu, dua minggu kamu menangis. Kamu sama sekali tidak mau keluar kamar. Mama mulai khawatir dengan kondisimu. Mama terus menyuruhmu untuk makan. Hingga pada suatu hari kamu pingsan dan dibawa ke rumah sakit. Kamu dirawat disana. Ketika bangun, kamu mendengar suara mama yang menangis. Mama berbicara dengan dokter.

“Maaf, bu. Anak ibu itu ternyata sudah lama mengidap kanker otak. Mungkin nyawanya tidak akan lama lagi,”
“Dok..tolong selamatkan anak saya, dok. Berapa pun biayanya akan saya bayar,”
“Iya, bu. Kami akan berusaha semaksimal mungkin. Tapi keputusan tetap di tangan Tuhan.”

Kamu yang mendengar semua itu langsung menangis. Umurmu tidak akan lama lagi. Kamu rindu keluargamu yang dulu masih utuh. Kamu rindu dengan Bisma.

"Bis, aku sudah memaafkanmu. Aku tidak membencimu. Aku selalu sayang kamu" katamu

Semakin hari keadaanmu semakin memburuk. Mama sering menangis. Kamu sedih sekali melihatnya.

"Tuhan, tolong jaga mama. Jangan pernah biarkan orang lain melukainya. Disaat hari terakhirku di dunia, Bisma menemuiku" do'amu

“Ma, maafin aku, Ma. Maafin aku yang pernah ngelukain perasaan kamu. Aku menyesal banget. Aku janji akan selalu jagain kamu,”

“Aku sudah memaafkanmu, Bisma. Terima kasih selama ini telah memberi warna terang dalam gelapnya kehidupanku. Semoga kamu tetap yang terbaik dan terindah yang pernah ku temui dalam perjalanan hidupku.”

Kamu menghembuskan nafas terakhir dengan senyum bahagia. Bahagia yang tercipta oleh waktu. Terima kasih atas semuanya. Dibalik tanganmu, mama menemukan secarik kertas yang sempat kamu tulis. Kemudian Bisma dan mama membaca bersama.


Bisma, saat kamu membuka kertas ini. Ketahuilah, saat itu aku tlah tiada di dunia ini. Kesalahan yang pernah kamu buat adalah suatu hal yang sangat membuatku begitu perih. Tapi kesakitan itu tak sebanding dengan bahagia yang pernah aku dapat saat mengenalmu, mencintaimu, dan menyayangimu. Bisma, aku tau kamu pasti akan menyesal. Tapi, aku tak pernah merasa membencimu. Karena kecintaanku untukmu tlah mengalahkan rasa benciku ini. Aku bahagia pernah bertemu denganmu. Aku bahagia pernah mencintaimu. Aku bahagia pernah dicintai olehmu.

Buat mama, terima kasih telah membesarkanku sampai sekarang ini. Jasa mama takkan pernah aku lupakan. Mama jangan bersedih. Biarpun sosok ku tlah tiada. Tapi ingatlah, aku slalu ada di dalam hati mama. Terima kasih atas semuanya. Maaf kalau aku ada salah.

Sayang kalian selalu

Perlahan Bisma dan mama meneteskan air mata.Bisma mencengkeram kertasnya. Dia menangis sejadi-jadinya. Mama berusaha menenangkan Bisma. Dari dunia lain, kamu menyaksikan dengan menangis dan tersenyum bahagia. Selamat tinggal semuanya. Semoga kalian bisa menjalani hidup dengan hal yang lebih baik lagi.


“Sebenarnya sangatlah mudah menjadi Bahagia. Kebahagiaan akan datang saat kita memaafkan diri kita sendiri, memaafkan orang lain, dan hidup dengan penuh rasa syukur. Tidak pernah ada orang egois dan tidak tahu berterima kasih mampu merasakan bahagia, apalagi membuat orang lain bahagia. Hidup ini memberi, bukan meminta.”








END

Tidak ada komentar:

Posting Komentar